menu

Senin, 10 Desember 2012

---Jika Bukan Kita, Siapa Lagi..?---

Sudah pada zalibnya manusia adalah lumbung dari kesalahan. Dengan alih-alih “tidak ada manusia yang sempurna”, manusia seolah-olah membuat paradigma berpikir baru. Manusia berbuat dosa itu wajar. Sehingga tidak heran jika kenyataannya sekarang, manusia yang seharusnya diorientasikan sebagai khalifah di muka bumi, hidup dengan moral yang limit mendekati kerusakan. Namun yang lebih memprihatinkan, masih banyak mata memandang keadaan ini ‘biasa’ saja. Padahal telah banyak tersebar dengan luas peringatan-peringatan senada perintah bagi kita untuk lebih peka terhadap permasalahan yang ada. Lalu dimana sebenarnya letak kesalahan manusia yang berkontribusi besar terhadap keadaan moral dunia?
Apakah benar dakwah Islam yang berjalan saat ini masih belum menyeimbangkan antara masukan dan keluaran moral manusia? Lalu, manusia bisa apa untuk mereduksi ketidakseimbangan ini? inilah mungkin yang sangat perlu mendapat perhatian lebih dari kalangan manusia.

Kini kita hidup di jaman milenium, jaman yang serba canggih, dimana untuk berkoneksi dengan sesama antara pelosok satu dengan pelosok lain, dapat dijamin keterjangkauannya. Sudah sewajarnyalah jika kita dapat mengakses segalanya dengan begitu cepat melalui jaringan interkoneksi. Begitupun dengan dakwah Islam. Kini jaringan koneksi yang luas pada dasarnya memberikan kesempatan bagi pendakwah Islam untuk lebih menggencarkan aksinya. Mengajak orang lain untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, tidak lagi hanya sebatas melalui dakwah lisan. Dakwah melalui dunia maya pun sangat memungkinkan. Buktinya banyak site menampilkan tulisan-tulisan penyejuk hati yang sebenarnya dapat me-recharge keimanan kita. Sungguh mudah bukan penyebaran dakwah jaman sekarang. Seharusnya demikian. Namun, kenyataan di lapangan seringkali jauh dari harapan dan tidak dapat disangkal. Semakin dunia ini maju, semakin kita terbawa arus globalisasi. Ibarat sebuah pusaran air di tengah lautan. Apabila  kita tidak memiliki gaya lebih agar bertahan di permukaan, kita akan terbawa hingga ke dasar. Disana, ada dua kemungkinan. Selamat atas ijin Allah atau hilang ditelan bumi. Sama halnya dengan arus dunia saat ini. Semakin para pendakwah gencar menyebarkan ajakan-ajakan untuk taat kepada Allah, ternyata semakin gencar pula godaan itu ada. Hiburan-hiburan di berbagai situs seakan merajalela hingga menenggelamkan situs-situs keislaman yang ada. Sehingga moral seperti sekaranglah akibatnya. Hal ini menjadi tantangan besar bagi kita semua. Bukankah dakwah itu kebutuhan rohani kita? Karena dakwah itu membaca, menyucikan, dan mengajarkan apa yang menjadi detailnya.
Ini bukan hanya sedekar cerita, namun fakta yang ada. bahwa krisis ekonomi global, kerusakan moral, wanita dan anak-anak jadi komoditas perdagangan, kemiskinan mewabah, politik kotor, dan aspek-aspek lainnya telah merajai dunia. Sudah seharusnya kita peduli dengan kecarut-marutan dunia saat ini. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah Darimanakah kita mulai membenahi benang realitas yang kusut ini? Tentu saja dari satu benang terdekat yang kita pegang. Setiap nyawa mengurai benangnya masing-masing, sehingga benang tidak kusut lagi. Maksudnya, untuk mengubah dunia yang terlalu luas ini, mulai dengan mengubah diri sendiri, dengan membina diri sendiri. Dengan menjaga diri dari hal-hal negatif sebelum menjaga orang lain. Ibarat sedang terjadi kebakaran, sebelum menyelamatkan orang lain kita sendiri harus selamat bukan? Barulah kita cari bantuan, ambil air yang banyak untuk memadamkan api. Kalau justru kita yang terjebak api, berarti kita yang perlu diselamatkan. Karena di hari perhitungan amal nanti, tidak ada yang bisa menolong kita dari siksa api neraka selain amal kita sendiri selama di dunia yang menjauhi kemaksiatan. Tentunya dengan pertolongan Allah. Seperti dalam Q.S. At Tahrim ayat 6:
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah DIRI dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu."
Sehingga dengan belajar membina diri sendiri, kita akan mendatangkan perubahan yang lebih kuat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, menjadi pribadi yang menghindari kejahatan, dapat berbuat baik dan mengajak orang berbuat kebaikan juga. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan mengubah dunia?
Ingat, “pribadi muslim adalah pribadi yang selamat dari tangan dan lisannya. Maka ketika semua orang seperti itu, damailah dunia ini!” Insya Allah...^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar