Sudah pada zalibnya manusia adalah lumbung dari kesalahan. Dengan
alih-alih “tidak ada manusia yang sempurna”, manusia seolah-olah membuat
paradigma berpikir baru. Manusia berbuat dosa itu wajar. Sehingga tidak heran
jika kenyataannya sekarang, manusia yang seharusnya diorientasikan sebagai
khalifah di muka bumi, hidup dengan moral yang limit mendekati kerusakan. Namun
yang lebih memprihatinkan, masih banyak mata memandang keadaan ini ‘biasa’
saja. Padahal telah banyak tersebar dengan luas peringatan-peringatan senada
perintah bagi kita untuk lebih peka terhadap permasalahan yang ada. Lalu dimana
sebenarnya letak kesalahan manusia yang berkontribusi besar terhadap keadaan moral
dunia?
Apakah benar dakwah Islam yang berjalan saat ini masih belum
menyeimbangkan antara masukan dan keluaran moral manusia? Lalu, manusia bisa
apa untuk mereduksi ketidakseimbangan ini? inilah mungkin yang sangat perlu
mendapat perhatian lebih dari kalangan manusia.
Kini kita hidup di jaman milenium, jaman yang serba canggih,
dimana untuk berkoneksi dengan sesama antara pelosok satu dengan pelosok lain,
dapat dijamin keterjangkauannya. Sudah sewajarnyalah jika kita dapat mengakses
segalanya dengan begitu cepat melalui jaringan interkoneksi. Begitupun dengan
dakwah Islam. Kini jaringan koneksi yang luas pada dasarnya memberikan
kesempatan bagi pendakwah Islam untuk lebih menggencarkan aksinya. Mengajak
orang lain untuk lebih mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, tidak lagi hanya
sebatas melalui dakwah lisan. Dakwah melalui dunia maya pun sangat
memungkinkan. Buktinya banyak site
menampilkan tulisan-tulisan penyejuk hati yang sebenarnya dapat me-recharge keimanan kita. Sungguh mudah
bukan penyebaran dakwah jaman sekarang. Seharusnya demikian. Namun, kenyataan
di lapangan seringkali jauh dari harapan dan tidak dapat disangkal. Semakin
dunia ini maju, semakin kita terbawa arus globalisasi. Ibarat sebuah pusaran
air di tengah lautan. Apabila kita tidak
memiliki gaya lebih agar bertahan di permukaan, kita akan terbawa hingga ke
dasar. Disana, ada dua kemungkinan. Selamat atas ijin Allah atau hilang ditelan
bumi. Sama halnya dengan arus dunia saat ini. Semakin para pendakwah gencar
menyebarkan ajakan-ajakan untuk taat
kepada Allah, ternyata semakin gencar pula godaan itu ada. Hiburan-hiburan di
berbagai situs seakan merajalela hingga menenggelamkan situs-situs keislaman
yang ada. Sehingga moral seperti sekaranglah akibatnya. Hal ini menjadi
tantangan besar bagi kita semua. Bukankah dakwah itu kebutuhan rohani kita?
Karena dakwah itu membaca, menyucikan, dan mengajarkan apa yang menjadi
detailnya.
Ini bukan hanya sedekar cerita, namun
fakta yang ada. bahwa krisis ekonomi global, kerusakan moral, wanita dan
anak-anak jadi komoditas perdagangan, kemiskinan mewabah, politik kotor, dan
aspek-aspek lainnya telah merajai dunia. Sudah seharusnya kita peduli dengan kecarut-marutan
dunia saat ini. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah Darimanakah kita
mulai membenahi benang realitas yang kusut ini? Tentu saja dari satu
benang terdekat yang kita pegang. Setiap nyawa mengurai benangnya masing-masing,
sehingga benang tidak kusut lagi. Maksudnya, untuk mengubah dunia yang terlalu
luas ini, mulai dengan mengubah
diri sendiri, dengan membina diri sendiri. Dengan menjaga diri dari
hal-hal negatif sebelum menjaga orang lain. Ibarat sedang terjadi kebakaran, sebelum
menyelamatkan orang lain kita sendiri harus selamat bukan? Barulah kita
cari bantuan, ambil air yang banyak untuk memadamkan api. Kalau justru kita
yang terjebak api, berarti kita yang perlu diselamatkan. Karena di hari
perhitungan amal nanti, tidak ada yang bisa menolong kita dari siksa api neraka
selain amal kita sendiri selama di dunia yang menjauhi kemaksiatan. Tentunya
dengan pertolongan Allah. Seperti dalam Q.S. At Tahrim ayat 6:
"Hai orang-orang yang beriman,
jagalah DIRI dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia
dan batu."
Sehingga dengan
belajar membina diri sendiri, kita akan mendatangkan
perubahan yang lebih kuat baik untuk diri sendiri maupun orang lain, menjadi
pribadi yang menghindari kejahatan, dapat berbuat baik dan mengajak orang
berbuat kebaikan juga. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan mengubah dunia?
Ingat, “pribadi muslim adalah pribadi yang
selamat dari tangan dan lisannya. Maka ketika semua orang seperti itu, damailah
dunia ini!” Insya Allah...^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar